Sejarah Nama Indonesia
Sejarah Indonesia
a. Sejarah awal : Era Pra Kolonial
1. Kerajaan Hindu-Buddha
2. Kerajaan Islam
b. Era Kolonial: Kolonisasi Portugis dan Kolonisasi VOC, dan Kolonisasi pemerintah
a. Kolonisasi pemerintah Belanda
b. Era Kemerdekaan
c. Era orde baru
d. Era Reformasi
***
MAHASISWA & TANGGUNG JAWAB SOSIAL
“ Peran dan tanggung jawab Mahasiswa dalam lingkungan sosial “
Oleh ; H. aLwie
PERUBAHAN SOSIAL
KRISIS SOSIAL MASYARAKAT MAJU
PERAN MAHASISWA
PERGERAKAN MAHASISWA INDONESIA
Mahasiswa Sebagai Agent Of Change.
Pada zaman purba, kepulauan Indonesia
disebut dengan aneka nama. Dalam catatan bangsa Tionghoa kawasan
kepulauan tanah air dinamai Nan-hai (Kepulauan Laut Selatan). Berbagai
catatan kuno bangsa India menamai kepulauan ini Dwipantara (Kepulauan
Tanah Seberang), nama yang diturunkan dari kata Sansekerta dwipa
(pulau) dan antara (luar, seberang). Kisah Ramayana karya pujangga
Walmiki menceritakan pencarian terhadap Sinta, istri Rama yang diculik
Rahwana, sampai ke Suwarnadwipa (Pulau Emas, yaitu Sumatra sekarang)
yang terletak di Kepulauan Dwipantara.
Bangsa Arab menyebut wilayah yang
kemudian menjadi Indonesia Jaza'ir al-Jawi (Kepulauan Jawa). Nama Latin
untuk kemenyan, benzoe, berasal dari nama bahasa Arab luban jawi
("kemenyan Jawa"), sebab para pedagang Arab memperoleh kemenyan dari
batang pohon Styrax sumatrana yang dahulu hanya tumbuh di Sumatra.
Sampai hari ini jemaah haji kita masih sering dipanggil "Jawa" oleh
orang Arab. Bahkan orang Indonesia luar Jawa sekalipun. Dalam bahasa
Arab juga dikenal Samathrah (Sumatra), Sholibis (Sulawesi), Sundah
(Sunda), semua pulau itu dikenal sebagai kulluh Jawi (semuanya Jawa).
Bangsa-bangsa Eropa yang pertama kali
datang beranggapan bahwa Asia hanya terdiri dari Arab, Persia, India,
dan Tiongkok. Bagi mereka, daerah yang terbentang luas antara Persia
dan Tiongkok semuanya adalah "Hindia". Semenanjung Asia Selatan mereka
sebut "Hindia Muka" dan daratan Asia Tenggara dinamai "Hindia
Belakang". Sedangkan tanah air memperoleh nama "Kepulauan Hindia"
(Indische Archipel, Indian Archipelago, l'Archipel Indien) atau "Hindia
Timur" (Oost Indie, East Indies, Indes Orientales). Nama lain yang
juga dipakai adalah "Kepulauan Melayu" (Maleische Archipel, Malay
Archipelago, l'Archipel Malais). Pada zaman penjajahan Belanda, nama
resmi yang digunakan adalah Nederlandsch-Indie (Hindia Belanda),
sedangkan pemerintah pendudukan Jepang 1942-1945 memakai istilah
To-Indo (Hindia Timur).
Eduard Douwes Dekker (1820-1887),
yang dikenal dengan nama samaran Multatuli, pernah mengusulkan nama yang
spesifik untuk menyebutkan kepulauan Indonesia, yaitu Insulinde, yang
artinya juga "Kepulauan Hindia" (bahasa Latin insula berarti pulau).
Nama Insulinde ini kurang populer.
Sejarah Indonesia
Sejarah Indonesia meliputi suatu
rentang waktu yang sangat panjang yang dimulai sejak zaman prasejarah
oleh "Manusia Jawa" pada masa sekitar 500.000 tahun yang lalu. Periode
dalam sejarah Indonesia dapat dibagi menjadi lima era: era pra
kolonial, munculnya kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha serta Islam di Jawa
dan Sumatera yang terutama mengandalkan perdagangan; era kolonial,
masuknya orang-orang Eropa (terutama Belanda) yang menginginkan
rempah-rempah mengakibatkan penjajahan oleh Belanda selama sekitar 3,5
abad antara awal abad ke-17 hingga pertengahan abad ke-20; era
kemerdekaan, pasca Proklamasi Kemerdekaan Indonesia (1945) sampai
jatuhnya Soekarno (1966); era Orde Baru, 32 tahun masa pemerintahan
Soeharto (1966–1998); serta era reformasi yang berlangsung sampai
sekarang.
a. Sejarah awal : Era Pra Kolonial
Para cendekiawan India telah menulis
tentang Dwipantara atau kerajaan Hindu Jawa Dwipa di pulau Jawa dan
Sumatra sekitar 200 SM. Bukti fisik awal yang menyebutkan tanggal
adalah dari abad ke-5 mengenai dua kerajaan bercorak Hinduisme:
Kerajaan Tarumanagara menguasai Jawa Barat dan Kerajaan Kutai di
pesisir Sungai Mahakam, Kalimantan. Pada tahun 425 agama Buddha telah
mencapai wilayah tersebut.
Di saat Eropa memasuki masa
Renaisans, Nusantara telah mempunyai warisan peradaban berusia ribuan
tahun dengan dua kerajaan besar yaitu Sriwijaya di Sumatra dan Majapahit
di Jawa, ditambah dengan puluhan kerajaan kecil yang sering kali
menjadi vazal tetangganya yang lebih kuat atau saling terhubung dalam
semacam ikatan perdagangan (seperti di Maluku).
1. Kerajaan Hindu-Buddha
Pada abad ke-4 hingga abad ke-7 di
wilayah Jawa Barat terdapat kerajaan bercorak Hindu-Budha yaitu
kerajaan Tarumanagara yang dilanjutkan dengan Kerajaan Sunda sampai
abad ke-16. Pada masa abad ke-7 hingga abad ke-14, kerajaan Buddha
Sriwijaya berkembang pesat di Sumatra. Penjelajah Tiongkok I Ching
mengunjungi ibukotanya Palembang sekitar tahun 670. Pada puncak
kejayaannya, Sriwijaya menguasai daerah sejauh Jawa Barat dan
Semenanjung Melayu. Abad ke-14 juga menjadi saksi bangkitnya sebuah
kerajaan Hindu di Jawa Timur, Majapahit. Patih Majapahit antara tahun
1331 hingga 1364, Gajah Mada berhasil memperoleh kekuasaan atas wilayah
yang kini sebagian besarnya adalah Indonesia beserta hampir seluruh
Semenanjung Melayu. Warisan dari masa Gajah Mada termasuk kodifikasi
hukum dan dalam kebudayaan Jawa, seperti yang terlihat dalam wiracarita
Ramayana.
2. Kerajaan Islam
Islam sebagai sebuah pemerintahan
hadir di Indonesia sekitar abad ke-12, namun sebenarnya Islam sudah
sudah masuk ke Indonesia pada abad 7 Masehi. Saat itu sudah ada jalur
pelayaran yang ramai dan bersifat internasional melalui Selat Malaka
yang menghubungkan Dinasti Tang di Cina, Sriwijaya di Asia Tenggara dan
Bani umayyah di Asia Barat sejak abad 7.
Menurut sumber-sumber Cina menjelang
akhir perempatan ketiga abad 7, seorang pedagang Arab menjadi pemimpin
pemukiman Arab muslim di pesisir pantai Sumatera. Islam pun memberikan
pengaruh kepada institusi politik yang ada. Hal ini nampak pada Tahun
100 H (718 M) Raja Sriwijaya Jambi yang bernama Srindravarman mengirim
surat kepada Khalifah ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz dari Khilafah Bani Umayah
meminta dikirimkan da`i yang bisa menjelaskan Islam kepadanya. Surat
itu berbunyi: “Dari Raja di Raja yang adalah keturunan seribu raja,
yang isterinya juga cucu seribu raja, yang di dalam kandang binatangnya
terdapat seribu gajah, yang di wilayahnya terdapat dua sungai yang
mengairi pohon gaharu, bumbu-bumbu wewangian, pala dan kapur barus yang
semerbak wanginya hingga menjangkau jarak 12 mil, kepada Raja Arab
yang tidak menyekutukan tuhan-tuhan lain dengan Tuhan. Saya telah
mengirimkan kepada anda hadiah, yang sebenarnya merupakan hadiah yang
tak begitu banyak, tetapi sekedar tanda persahabatan. Saya ingin Anda
mengirimkan kepada saya seseorang yang dapat mengajarkan Islam kepada
saya dan menjelaskan kepada saya tentang hukum-hukumnya.” Dua tahun
kemudian, yakni tahun 720 M, Raja Srindravarman, yang semula Hindu,
masuk Islam. Sriwijaya Jambi pun dikenal dengan nama Sribuza Islam.
Sayang, pada tahun 730 M Sriwijaya Jambi ditawan oleh Sriwijaya
Palembang yang masih menganut Budha.
Islam terus mengokoh menjadi
institusi politik yang mengemban Islam. Misalnya, sebuah kesultanan
Islam bernama Kesultanan Peureulak didirikan pada 1 Muharram 225H atau
12 November tahun 839M. Contoh lain adalah Kerajaan Ternate. Islam
masuk ke kerajaan di kepulauan Maluku ini tahun 1440. Rajanya seorang
Muslim bernama Bayang Ullah.
Kesultanan Islam kemudian semikin
menyebarkan ajaran-ajarannya ke penduduk dan melalui pembauran,
menggantikan Hindu sebagai kepercayaan utama pada akhir abad ke-16 di
Jawa dan Sumatra. Hanya Bali yang tetap mempertahankan mayoritas Hindu.
Di kepulauan-kepulauan di timur, rohaniawan-rohaniawan Kristen dan
Islam diketahui sudah aktif pada abad ke-16 dan 17, dan saat ini ada
mayoritas yang besar dari kedua agama di kepulauan-kepulauan tersebut.
Penyebaran Islam dilakukan/didorong
melalui hubungan perdagangan di luar Nusantara; hal ini, karena para
penyebar dakwah atau mubaligh merupakan utusan dari pemerintahan islam
yg datang dari luar Indonesia, maka untuk menghidupi diri dan keluarga
mereka, para mubaligh ini bekerja melalui cara berdagang, para mubaligh
inipun menyebarkan Islam kepada para pedagang dari penduduk asli,
hingga para pedagang ini memeluk Islam dan meyebarkan pula ke penduduk
lainnya, karena umumnya pedagang dan ahli kerajaan/kesultanan lah yang
pertama mengadopsi agama baru tersebut. Kesultanan/Kerajaan penting
termasuk Samudra Pasai, Kesultanan Banten yang menjalin hubungan
diplomatik dengan negara-negara Eropa, Kerajaan Mataram di Yogja / Jawa
Tengah, dan Kesultanan Ternate dan Kesultanan Tidore di Maluku di
timur.
b. Era Kolonial: Kolonisasi Portugis dan Kolonisasi VOC, dan Kolonisasi pemerintah
Mulai tahun 1602 Belanda secara
perlahan-lahan menjadi penguasa wilayah yang kini adalah Indonesia,
dengan memanfaatkan perpecahan di antara kerajaan-kerajaan kecil yang
telah menggantikan Majapahit. Satu-satunya yang tidak terpengaruh
adalah Timor Portugis, yang tetap dikuasai Portugal hingga 1975 ketika
berintegrasi menjadi provinsi Indonesia bernama Timor Timur. Belanda
menguasai Indonesia selama hampir 350 tahun, kecuali untuk suatu masa
pendek di mana sebagian kecil dari Indonesia dikuasai Britania setelah
Perang Jawa Britania-Belanda dan masa penjajahan Jepang pada masa
Perang Dunia II. Sewaktu menjajah Indonesia, Belanda mengembangkan
Hindia-Belanda menjadi salah satu kekuasaan kolonial terkaya di dunia.
350 tahun penjajahan Belanda bagi sebagian orang adalah mitos belaka
karena wilayah Aceh baru ditaklukkan kemudian setelah Belanda mendekati
kebangkrutannya.
Pada abad ke-17 dan 18 Hindia-Belanda
tidak dikuasai secara langsung oleh pemerintah Belanda namun oleh
perusahaan dagang bernama Perusahaan Hindia Timur Belanda (bahasa
Belanda: Verenigde Oostindische Compagnie atau VOC). VOC telah
diberikan hak monopoli terhadap perdagangan dan aktivitas kolonial di
wilayah tersebut oleh Parlemen Belanda pada tahun 1602. Markasnya
berada di Batavia, yang kini bernama Jakarta.
Tujuan utama VOC adalah
mempertahankan monopolinya terhadap perdagangan rempah-rempah di
Nusantara. Hal ini dilakukan melalui penggunaan dan ancaman kekerasan
terhadap penduduk di kepulauan-kepulauan penghasil rempah-rempah, dan
terhadap orang-orang non-Belanda yang mencoba berdagang dengan para
penduduk tersebut. Contohnya, ketika penduduk Kepulauan Banda terus
menjual biji pala kepada pedagang Inggris, pasukan Belanda membunuh
atau mendeportasi hampir seluruh populasi dan kemudian mempopulasikan
pulau-pulau tersebut dengan pembantu-pembantu atau budak-budak yang
bekerja di perkebunan pala.
VOC menjadi terlibat dalam politik
internal Jawa pada masa ini, dan bertempur dalam beberapa peperangan
yang melibatkan pemimpin Mataram dan Banten.
a. Kolonisasi pemerintah Belanda
Setelah VOC jatuh bangkrut pada akhir
abad ke-18 dan setelah kekuasaan Britania yang pendek di bawah Thomas
Stamford Raffles, pemerintah Belanda mengambil alih kepemilikan VOC pada
tahun 1816. Sebuah pemberontakan di Jawa berhasil ditumpas dalam
Perang Diponegoro pada tahun 1825-1830. Setelah tahun 1830 sistem tanam
paksa yang dikenal sebagai cultuurstelsel dalam bahasa Belanda mulai
diterapkan. Dalam sistem ini, para penduduk dipaksa menanam hasil-hasil
perkebunan yang menjadi permintaan pasar dunia pada saat itu, seperti
teh, kopi dll. Hasil tanaman itu kemudian diekspor ke mancanegara.
Sistem ini membawa kekayaan yang besar kepada para pelaksananya - baik
yang Belanda maupun yang Indonesia. Sistem tanam paksa ini adalah
monopoli pemerintah dan dihapuskan pada masa yang lebih bebas setelah
1870.
Pada 1901 pihak Belanda mengadopsi apa
yang mereka sebut Kebijakan Beretika (bahasa Belanda: Ethische
Politiek), yang termasuk investasi yang lebih besar dalam pendidikan
bagi orang-orang pribumi, dan sedikit perubahan politik. Di bawah
gubernur-jendral J.B. van Heutsz pemerintah Hindia-Belanda
memperpanjang kekuasaan kolonial secara langsung di sepanjang
Hindia-Belanda, dan dengan itu mendirikan fondasi bagi negara Indonesia
saat ini.
b. Era Kemerdekaan
Pada 1905 gerakan nasionalis yang
pertama, Serikat Dagang Islam dibentuk dan kemudian diikuti pada tahun
1908 oleh gerakan nasionalis berikutnya, Budi Utomo. Belanda merespon
hal tersebut setelah Perang Dunia I dengan langkah-langkah penindasan.
Para pemimpin nasionalis berasal dari kelompok kecil yang terdiri dari
profesional muda dan pelajar, yang beberapa di antaranya telah dididik
di Belanda. Banyak dari mereka yang dipenjara karena kegiatan politis,
termasuk Presiden Indonesia yang pertama, Soekarno.
Pada Mei 1940, awal Perang Dunia II,
Belanda diduduki oleh Nazi Jerman. Hindia-Belanda mengumumkan keadaan
siaga dan di Juli mengalihkan ekspor untuk Jepang ke Amerika Serikat
dan Britania. Negosiasi dengan Jepang yang bertujuan untuk mengamankan
persediaan bahan bakar pesawat gagal di Juni 1941, dan Jepang memulai
penaklukan Asia Tenggara di bulan Desember tahun itu. Di bulan yang
sama, faksi dari Sumatra menerima bantuan Jepang untuk mengadakan
revolusi terhadap pemerintahan Belanda. Pasukan Belanda yang terakhir
dikalahkan Jepang pada Maret 1942.
Pada Juli 1942, Soekarno menerima
tawaran Jepang untuk mengadakan kampanye publik dan membentuk
pemerintahan yang juga dapat memberikan jawaban terhadap kebutuhan
militer Jepang. Soekarno, Mohammad Hatta, dan para Kyai didekorasi oleh
Kaisar Jepang pada tahun 1943. Tetapi, pengalaman dari penguasaan
Jepang di Indonesia sangat bervariasi, tergantung di mana seseorang
hidup dan status sosial orang tersebut. Bagi yang tinggal di daerah
yang dianggap penting dalam peperangan, mereka mengalami siksaan,
terlibat perbudakan seks, penahanan sembarang dan hukuman mati, dan
kejahatan perang lainnya. Orang Belanda dan campuran Indonesia-Belanda
merupakan target sasaran dalam penguasaan Jepang.
Pada Maret 1945 Jepang membentuk Badan
Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Pada
pertemuan pertamanya di bulan Mei, Soepomo membicarakan integrasi
nasional dan melawan individualisme perorangan; sementara itu Muhammad
Yamin mengusulkan bahwa negara baru tersebut juga sekaligus mengklaim
Sarawak, Sabah, Malaya, Portugis Timur, dan seluruh wilayah
Hindia-Belanda sebelum perang.
Pada 9 Agustus 1945 Soekarno, Hatta
dan Radjiman Widjodiningrat diterbangkan ke Vietnam untuk bertemu
Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang menuju
kehancuran tetapi Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada 24
Agustus.
Mendengar kabar bahwa Jepang tidak
lagi mempunyai kekuatan untuk membuat keputusan seperti itu pada 16
Agustus, Soekarno membacakan "Proklamasi" pada hari berikutnya. Kabar
mengenai proklamasi menyebar melalui radio dan selebaran sementara
pasukan militer Indonesia pada masa perang, Pasukan Pembela Tanah Air
(PETA), para pemuda, dan lainnya langsung berangkat mempertahankan
kediaman Soekarno.
Pada 18 Agustus 1945 Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) melantik Soekarno sebagai
Presiden dan Mohammad Hatta sebagai Wakil Presiden dengan menggunakan
konstitusi yang dirancang beberapa hari sebelumnya. Kemudian dibentuk
Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) sebagai parlemen sementara
hingga pemilu dapat dilaksanakan. Kelompok ini mendeklarasikan
pemerintahan baru pada 31 Agustus dan menghendaki Republik Indonesia
yang terdiri dari 8 provinsi: Sumatra, Kalimantan (tidak termasuk
wilayah Sabah, Sarawak dan Brunei), Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Sulawesi, Maluku (termasuk Papua) dan Nusa Tenggara.
Dari 1945 hingga 1949, persatuan
kelautan Australia yang bersimpati dengan usaha kemerdekaan, melarang
segala pelayaran Belanda sepanjang konflik ini agar Belanda tidak
mempunyai dukungan logistik maupun suplai yang diperlukan untuk
membentuk kembali kekuasaan kolonial.
Usaha Belanda untuk kembali berkuasa
dihadapi perlawanan yang kuat. Setelah kembali ke Jawa, pasukan Belanda
segera merebut kembali ibukota kolonial Batavia, akibatnya para
nasionalis menjadikan Yogyakarta sebagai ibukota mereka. Pada 27
Desember 1949 (lihat artikel tentang 27 Desember 1949), setelah 4 tahun
peperangan dan negosiasi, Ratu Juliana dari Belanda memindahkan
kedaulatan kepada pemerintah Federal Indonesia. Pada 1950, Indonesia
menjadi anggota ke-60 PBB.
c. Era orde baru
d. Era Reformasi
Pada pertengahan 1997, Indonesia
diserang krisis keuangan dan ekonomi Asia (untuk lebih jelas lihat:
Krisis finansial Asia), disertai kemarau terburuk dalam 50 tahun
terakhir dan harga minyak, gas dan komoditas ekspor lainnya yang
semakin jatuh. Rupiah jatuh, inflasi meningkat tajam, dan perpindahan
modal dipercepat. Para demonstran, yang awalnya dipimpin para
mahasiswa, meminta pengunduran diri Soeharto. Di tengah gejolak
kemarahan massa yang meluas, serta ribuan mahasiswa yang menduduki
gedung DPR/MPR, Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998, tiga bulan
setelah MPR melantiknya untuk masa bakti ketujuh. Soeharto kemudian
memilih sang Wakil Presiden, B. J. Habibie, untuk menjadi presiden
ketiga Indonesia.
Pemilu untuk MPR, DPR, dan DPRD
diadakan pada 7 Juni 1999. PDI Perjuangan pimpinan putri Soekarno,
Megawati Sukarnoputri keluar menjadi pemenang pada pemilu parlemen
dengan mendapatkan 34% dari seluruh suara; Golkar (partai Soeharto -
sebelumnya selalu menjadi pemenang pemilu-pemilu sebelumnya) memperoleh
22%; Partai Persatuan Pembangunan pimpinan Hamzah Haz 12%; Partai
Kebangkitan Bangsa pimpinan Abdurrahman Wahid (Gus Dur) 10%. Pada
Oktober 1999, MPR melantik Abdurrahman Wahid sebagai presiden dan
Megawati sebagai wakil presiden untuk masa bakti 5 tahun. Wahid
membentuk kabinet pertamanya, Kabinet Persatuan Nasional pada awal
November 1999 dan melakukan reshuffle kabinetnya pada Agustus 2000.
Pemerintahan Presiden Wahid
meneruskan proses demokratisasi dan perkembangan ekonomi di bawah
situasi yang menantang. Di samping ketidakpastian ekonomi yang terus
berlanjut, pemerintahannya juga menghadapi konflik antar etnis dan antar
agama, terutama di Aceh, Maluku, dan Papua. Di Timor Barat, masalah
yang ditimbulkan rakyat Timor Timur yang tidak mempunyai tempat tinggal
dan kekacauan yang dilakukan para militan Timor Timur pro-Indonesia
mengakibatkan masalah-masalah kemanusiaan dan sosial yang besar. MPR
yang semakin memberikan tekanan menantang kebijakan-kebijakan Presiden
Wahid, menyebabkan perdebatan politik yang meluap-luap.
Pada Sidang Umum MPR pertama pada
Agustus 2000, Presiden Wahid memberikan laporan pertanggung jawabannya.
Pada 29 Januari 2001, ribuan demonstran menyerbu MPR dan meminta
Presiden agar mengundurkan diri dengan alasan keterlibatannya dalam
skandal korupsi. Di bawah tekanan dari MPR untuk memperbaiki manajemen
dan koordinasi di dalam pemerintahannya, dia mengedarkan keputusan
presiden yang memberikan kekuasaan negara sehari-hari kepada wakil
presiden Megawati. Megawati mengambil alih jabatan presiden tak lama
kemudian.
Pada 2004, pemilu satu hari terbesar
di dunia diadakan dan Susilo Bambang Yudhoyono tampil sebagai presiden
baru Indonesia. Pemerintah baru ini pada awal masa kerjanya telah
menerima berbagai cobaan dan tantangan besar, seperti gempa bumi besar
di Aceh dan Nias pada Desember 2004 yang meluluh lantakkan sebagian
dari Aceh serta gempa bumi lain pada awal 2005 yang mengguncang
Sumatra. Pada 17 Juli 2005, sebuah kesepakatan bersejarah berhasil
dicapai antara pemerintah Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka yang
bertujuan mengakhiri konflik berkepanjangan selama 30 tahun di wilayah
Aceh.
***
MAHASISWA & TANGGUNG JAWAB SOSIAL
“ Peran dan tanggung jawab Mahasiswa dalam lingkungan sosial “
Oleh ; H. aLwie
Mahasiswa menempati kedudukan yang
khas (Special position) dimasyarakat, baik dalam artian masyarakat
kampus maupun diluar kampus. Kekhasan ini tampak pada serentetan
atribut yang disandang mahasiswa, misal : intelektual muda, kelompok
penekan (Pressure group), agen pembaharuan (Agent of change), dan
kelompok anti status quo.
Dalam konteks pergerakan politik di
Indonesia, sejarah perjuangan mahasiswa Indonesia sudah eksis sejak
sebelum kemerdekaan. Bahkan, dapat dikatakan mereka adalah pelopor
pergerakan kemerdekaan secara modern melalui organisasi-organisasi
pergerakan mahasiswa. Hal ini dapat dilihat dari kepeloporan mahasiswa
Stovia yang dimotori Wahidin Sudirohusodo dalam mempelopori gerakan
kemerdekaan dengan organisasi modern. Hal yang kurang lebih sama
dilakukan oleh pergerakan mahasiswa dinegeri Belanda, Kelompok Kramat
Raya, Pebangsaan, dan yang terakhir jatuhnya rezim Soeharto oleh
gerakan Reformasi Mahasiswa. Fakta- fakta ini menunjukkan bahwa
mahasiswa adalah kelompok yang selalu berdiri di garda terdepan dalam
hampir setiap perubahan yang terjadi.
Dalam perspektif sosial, mahasiswa
pun menunjukkan dinamika tersendiri sebagai kelompok yang secara
konsisten memperjuangkan hak-hak kaum tertindas serta memberi
kontribusi yang tidak kecil dalam rekayasa perubahan sosial menuju
masyarakat yang lebih baik. Posisi mahasiswa yang netral (Neutral
position) dan tidak mempunyai kepentingan tertentu atau dibawah
kepentingan telah menempatkannya pada posisi yang sangat disegani dan
dihormati dalam setiap proses perubahan sosial masyarakat.
PERUBAHAN SOSIAL
Perubahan sosial adalah suatu fenomena
yang menarik sebab masalah sosial adalah perkara yang berhubungan
dengan persoalan manusia sehingga tak sedikit para ahli soiologi
mengkaji masalah ini. Sementara perubahan itu sendiri-baik yang sudah,
sedang atau sudah berlangsung- sangat perlu diketahui apakah memberi
banyak manfaat (dalam arti mampu memenuhi kebutuhan manusia).
Pikiran Marx mengenai perubahan sosial
lain lagi. Menurut Marx, jika lapisan atas (supra struktur) sosial
yang memegang kekuasaan karena menguasai alat-alat produksi bertindak
sewenang-wenang dan melakukan tekanan terhadap lapisan bawah sosial,
orang-orang dalam lapisan terakhir itu akan menuntut (dengan kekerasan)
suatu perubahan sosial.
KRISIS SOSIAL MASYARAKAT MAJU
Dalam masyarakat maju yg secara
fenomenal, dpt kita berikan suatu ilustrasi besar yang paling dominan
dan dpt berpengaruh terhadap perubahan masyarakat selama ini, yaitu
kapitalisme dan sosialisme.
PERAN MAHASISWA
Mahasiswa adalah kelompok masyarakat
yang sedang menekuni bidang ilmu tertentu dalam lembaga pendidikan
formal. Peran mahasiswa sejauh ini senantiasa diwarnai oleh situasi
politik yang berkembang di tengah-tengah masyarakat.
Mahasiswa sebagai calon pemimpin dan
Pembina pada masa depan ditantang untuk memperlihatkan kemampuan untuk
memerankan peran itu. demikian pula sebaliknya. Dalam perubahan sosial
yang dasyat saat ini, mahasiswa sering dihadapkan pada kenyataan yang
membingungkan dan dilematis.
PERGERAKAN MAHASISWA INDONESIA
Perjalanan bangsa Indonesia tidak bisa
dipisahkan dari angkatan muda ,terutama mahasiswa. Mahasiswa mempunyai
record yang cukup mengesankan dalam perjalanan membangun bangsa ini,
baik mulai dari pra kemerdekaaan, masa orde lama, orde baru, orde
reformasi maupun orde persatuan nasional saat ini.
Pada masa pra kemerdekaan orientasi
gerakan mahaiswa Indonesia mengarah pada satu tujuan: yaitu melepaskan
diri dari penjajahan. Mahasiswa bersama-sama dengan seluruh elemen
masyarakat Indonesia bahu membahu menentang penjajah. Walaupun dengan
stereotip gerakan yang berbeda-beda tetapi karena mempunyai satu tujuan,
mereka tetap dalam satu kesatuan yang saling melengkapi. Karena semua
komponen bangsa mempunyai arah dan tujuan gerakan yang sama, dapat
dikatakan bahwa masa ini adalah masa yang paling mudah bagi mahasiswa
untuk melakukan sinkronisasi gerakan dengan unsur lainnya. Pada masa ini
kita melihat bahwa mahasiswa mempunyai stereotip yang khas yang mampu
membedakan dengan elemen gerakan masyarakat lainnya. Dengan atribut
kecendekiannya, mereka secara aktif dan kreatif mencoba menawarkan
alternatif-alternatif baru yang non konvensional yang lebih efektif dan
efisien.
Setelah kemerdekaan diraih bangsa
Indonesia, bukan berarti gerakan mahasiswa mandek tetapi mereka tetap
memerankan diri sebagai bagian dari bangsanya untuk tetap dapat
mempertahankan kemerdekaan dan kehormatan bangsanya. Mereka secara
kritis dan pro aktif memerankan posisi sebagai pressure group (kelompok
penekan) terhadap pemerintah agar tetap berjalan sebagai mana
seharusnya. Ketika pemerintahan orde lama mulai terjadi kecenderungan
mengakomodinir komunis secara berlebihan, mahasiswa kembali bangkit
bersama rakyat untuk menentang kebijakan pemerintah.
Di Indonesia ada slogan yang
menyatakan Pemuda harapan bangsa atau Maju mundurnya suatu bangsa
tergantung pada Pemudanya. Beberapa slogan diatas menunjukkkan bahwa
Mahasiswa memang akan menjadi penerus dari generasi sekarang. Generasi
sekarang jelas akan termakan usia, Mahasiswa sebagai generasi penerus
akan melanjutkan dan memikul segala beban dan akibat dari generasi
sekarang. Karena Para Mahasiswa adalah calon pemimpin masa depan.
Diakui atau tidak peran Mahasiswa
memang sangat strategis dalam perubahan sosial. Ide-ide Mahasiswa
sering dianggap sebagai suara rakyat, karena kedekatan sosial mereka
dengan Masyarakat bawah. Ide-ide Mahasiswa sering dianggap sebagai ide
yang membela kaum mustad afien (Kaum lemah dan terpinggirkan).dan juga
dianggap sebagai pemecah kebuntuan dan Problem Solver terhadap
masalah-masalah yang dihadapi masyarakat dan juga pembawa perubahan ke
arah yang lebih baik.
Mahasiswa Sebagai Agent Of Change.
Pembaharuan ini juga bisa berarti modernisasi dimana hasil perubahanya dan menunjukkan hasil yang lebih baik.
Sedangkan agent dapat diterjemahkan
sebagai perantara atau perwakilan dari suatu Institusi/Lembaga. Sebagai
Agent Of Change dapat dikatakan pula sebagai actor perantara atau
perwakilan dari proses perubahan pada Masayarakat kearah yang lebih
baik.
Sumber: http://buletinelfikry.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar