Nilai seseorang
sesuai dengan kadar tekadnya, ketulusannya sesuai dengan kadar kemanusiaannya,
keberaniannya sesuai dengan kadar penolakannya terhadap perbuatan jahat dan
kesucian hati nuraninya sesuai dengan kadar kepekaannya terhadap kehormatan dirinya.
(Ali bin Abi Talib).
Selemah-lemah manusia ialah orang
yg tak mau mencari sahabat dan orang yang lebih lemah dari itu ialah orang yg
mensia-siakan sahabat yg
Telah dicari. (Ali bin Abi Thalib).
Sejarah Lahirnya PMII
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia
(PMII) yang merupakan organisasi terbesar di Indonesia yakni dengan jumlah 229
Cabang definitif dan tidak serta merta lahir dan ada begitu saja.Lahirnya PMII
juga ibarat bayi yang mau lahir ke dunia, harus penuh perjuangan dan
pengorbanan yang tidak mudah. Jauh sebelum lahirnya organisasi kemahasiswaan
ini, embrio untuk mendirikan sebuah organisasi Nahdlatul Ulama (NU) sudah lama
bergejolak, namun pihak NU belum memberikan lampu hijau, ini disebabkan banyak
hal yang melatar belakangi kondisi politik tahhun 1950[1].
Ide dasar berdirinya Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) bermula dari
adanya hasrat kuat para mahasiswa Nahdliyin untuk membentuk suatu wadah
(organisasi) mahasiswa yang beridiologi Ahlussunnah Waljama’ah (aswaja). Ide
ini tak dapat dipisahkan dari eksistensi IPNU-IPPNU, secara historis, PMII
mrupakan mata rantai dari departemen perguruan tinggi IPNU yang dibentuk dalam
muktamar IIII PNU di Cirebon Jawa Barat pada tanggal 27 - 31 Desember 1958. Di
dalam wadah IPNU-IPPNU ini banyak terdapat mahasiswa yang menjadi anggotanya,
bahkan mayoritas fungsionaris pengurus pusat IPNU-IPPNU berpredikat sebagai
mahasiswa.Itulah sebabnya, keinginan dikalangan mereka untuk membentuk suatu
wadah khusus yang menghimpun para mahasiswa nahdliyin. Pemikiran ini sempat
terlontar pada muktamar II IPNU tanggal 1 - 5 Januari di Pekalongan Jawa
Tengah, [2])
tetapi para pucuk pimpinan IPNU sendiri tidak menanggapi secara serius. Hal ini
mungkin dikarenakan kondisi di dalam IPNU sendiri masih perlu pembenahan, yakni
banyaknya fungsionaris IPNU yang telah berstatus ma hasiswa, sehingga
dikhawatirkan bila wadah khusus untuk mahasiswa ini berdiri akan mempengaruhi
perjalanan IPNU yang baru saja terbentuk. Tetapi aspirasi kalangan mahasiswa
yang tergabung dalam IPNU ini makin kuat, hal ini terbukti pada muktamar III
IPNU di Cirebon Jawa Barat, pucuk pimpinan IPNU didesak oleh para peserta
muktamar membentuk suatu wadah khusus yang akan menampung para mahasiswa
nahdliyin, namun secara fungsional dan struktur organisatoris masih tetap dalam
naungan IPNU, yakni dalam wadah departemen perguruan tinggi IPNU [3]).
Namun langkah
yang diambil oleh IPNU untuk menampung aspirasi para mahasiswa nahdliyin dengan
membentuk departemen perguruan tinggi IPNU pada kenyataannya tidak berjalan
sebagaimana yang diharapkan.Terbukti pada Konferensi Besar IPNU di Kaliurang
Yogjakarta pada tanggal 14 - 16 Maret 1960, Forum konferensi besar memutuskan
terbentuknya suatu wadah/organisasi mahasiswa nahdliyin yang terpisah secara
struktural maupun fungsional dari IPNU-IPPNU. Dan baru setelah konferensi Besar
IPNU (14-16 Maret 1960 di kaliurang), disepakati untuk mendirikan wadah
tersendiri bagi mahsiswa NU, yang disambut dengan berkumpulnya tokoh-tokoh
mahasiswa NU yang tergabung dalam IPNU, dalam sebuah musyawarah selama tiga
hari(14-16 April 1960) di Taman Pendidikan Putri Khadijah Surabaya. Dengan
semangat membara, mereka membahas nama dan bentuk organisasi yang telah lama
mereka idam-idamkan. Bertepatan dengan itu, Ketua Umum PBNU KH. Dr. Idam Kholid memberikan lampu hijau, bahkan memberi
semangat pada mahasiswa NU agar mampu menjadi kader, menjadi mahasiswa yang
mempunyai prinsip: Ilmu untuk
diamalkan dan bukan ilmu untuk ilmu…, maka lahirlah organisasi
Mahasiswa dibawah naungan NU pada
tanggal 17 April 1960. Kemudian organisasi itu diberi nama Pergerakan Mahasiswa
Islam Indonesia (PMII).
Dengan demikian ide dasar pendirian PMII adalah murni dari anak-anak muda
NU sendiri Bahwa kemudian harus bernaung dibawah panji NU itu bukan berarti
sekedar pertimbangan praktis semata, misalnya karena kondisi pada saat itu yang
memang nyaris menciptakan iklim dependensi sebagai suatu kemutlakan. Tapi lebih
dari itu, keterikatan PMII kepada NU memang sudah terbentuk dan sengaja
dibangun atas dasar kesamaan nilai, kultur, akidah, cita-cita dan bahkan pola
berpikir, bertindak dan berperilaku.
Tetapi kemudian PMII harus mengakui dengan tetap berpegang teguh pada
sikap Dependensi timbul berbagai pertimbangan menguntungkan atau tidak dalam
bersikap dan berperilaku untuk sebuah kebebasan menentukan nasib sendiri. Harus
diakui bahwa peristiwa besar dalam sejarah PMII adalah ketika dipergunakannya
istilah Independent dalam deklarasi Murnajati tanggal 14 Juli 1972 di malang
dalam MUBES III PMII, seolah telah terjadi pembelahan diri anak ragil NU dari
induknya.
Sejauh pertimbangan-pertimbangan yang terekam dalam dokumen historis,
sikap independensi itu tidak lebih dari dari proses pendewasaan. PMII sebagai
generasi muda bangsa yang ingin lebih eksis dimata masyarakat bangsanya.Ini
terlihat jelas dari tiga butir pertimbangan yang melatar belakangi sikap
independensi PMII tersebut.
Pertama, PMII melihat pembangunan dan
pembaharuan mutlak memerlukan insan-insan Indonesia yang berbudi luhur, taqwa
kepada Allah SWT, berilmu dan cakap serta tanggung jawab, bagi keberhasilan
pembangunan yang dapat dinikmati secara merata oleh seluruh rakyat.
Kedua, PMII selaku generasi muda indonesia
sadar akan perannya untuk ikut serta bertanggungjawab, bagi keberhasilan
pembangunan yang dapat dinikmati secar merata oleh seluruh rakyat.
Ketiga, bahwa perjuangan PMII yang
senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan idealisme sesuai deklarasi
tawangmangu, menuntut berkembangnya sifat-sifat kreatif, keterbukaan dalam
sikap, dan pembinaan rasa tanggungjawab.
Berdasarkan pertimbanganitulah, PMII menyatakan diri sebagai organisasi
Independent, tidak terikat baik sikap maupun tindakan kepada siapapun, dan
hanya kommitmen terhadap perjuangan organisasi dan cita-cita perjuangan
nasional yang berlandaskanPancasila.
Kalau dipisahkan berdasarkan fase-fase perjalanan PMII, dapat digolongkan
menjadi beberapa fase, yakni:
1.
Masa embrional kelahiran PMII (1960-1963)
Pada era ini
semangat anak muda NU, khususnya mahasiswa dari berbagai daerah menyeruak
menginginkan adanya organisasi kemahasiswaan yang berhaluan aswaja dan
berkultur NU.
2.
Masa Kebangkitan PMII (1964-1970)
Geraka itu
dipimpin oleh tokoh-tokoh mahasiswa yang tergabung dalamKesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia
(KAMI). Organisasi ini didasarkan pada tiga landasan dengan operasionalisasi
program :
a.
Mengamankan Pancasila
b.
Memperkuat bantuan kepada ABRI dalam menumpas G.30.S/PKI
sampai ke akar-akarnya [4]).
Mahbub Junaidi
pernah mengatakan didepan peserta kongres PMII ke III di Malang jawa Timur :
“Bila tahap
pertama pembinaan Orde Baru dihitung dari titik awal penghancuran GESTAPO/PKI,
maka PP PMII dengan rendah hati akan mencatat bahwa peranan PMII tidak bisa
disisihkan oleh sejarah.Kita telah mengambil peranan pada saat yang sulit
menentukan sikap, teristimewa disekitar tanggal 1 - 5 Oktober 1965, tanggal
keluarnya pernyataan NU dan ormas-ormasnya yang secara tegas menunjuk hidung
bahwa PKI lah dalang dan pelaku G.30.S/PKI, karenanya harus dibubarkan”.
Pada kontestasi dunia, PMII juga mewakili dalam salah satu organisasi
kemahasiswaan yang bergerak dibidang kesehatan, seperti “Word University
Service” (WUS). Selain itu, PMII juga mewakili dalam konferensi Islam
Asia-Afrika yang diselenggarakan pada tanggal 6 - 12 Maret 1965 di Kota Bandung
Jawa Barat, dan disitulah dibentuk suatu wadah yang menghimpun ummat Islam se
Asia-Afrika dengan nama OIAA (Organisasi Islam Asia-Afrika).
3.
Masa Perjuangan PMII (1968-1972)
Pada masa ini PMII
terlibat dalam politik praktis yang akhirnya menjadi bumper politik, dan PMII
mengalami kemmunduran. Pada periode ini juga ada Musyawarah Besar ke II
Murnajati dan Deklarasi Independensi PMII pada tanggal 14 Juli 1972 di
Munarjati Malang, yang hasilnya PMII menyatakan tidak terkait dengaan partai
politik apapun (berpisah secara struktural dengan NU).
4.
Uapaya Membangun Citra Diri (1973-1981)
Mempertegas keputusan Mubes II tentang independensi di Ciloto Bandung dan
perumusan NDP PMII.
5.
Seperempat Abad Pergerakan (1981-1989)
Pada masa ini PMII merumuskan progam kerja secara berkesinambungan dan
menyongsong era globalisasi. Untuk mempersiapkan hal tersebut, PMII menerbitkan
pola pengembangan kader yang disebut P-4 PMII (Pola Pembinaan, Pengembangan dan perjuangan)
Makna
Filosofis PMII
APA itu identitas PMII, seperti empat huruf kata 'PMII', yaitu Suatu wadah atau perkumpulan organisasi
kemahasiswaan dengan label 'Pergerakan' yang Islam dan Indonesia
yang mempunyai tujuan:
Terbentuknya Pribadi
Muslim Indonesia Yang;
1.
Bertaqwa kepada Allah swt
2.
Berbudi luhur
3.
Berilmu
4.
Cakap, dan
5.
Bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmu pengetahuannya. (Bab
IV AD PMII), menuju capaian ideal sebagai mahluk Tuhan, sebagai ummat
yang sempurna, yang kamil, yaitu mahluk Ulul Albab.
Kata 'Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia' jika diudar lebih lanjut
adalah sebagai berikut:
Pergerakan bisa didefinisikan sebagai 'lalu-lintas gerak', gerak dalam
pengertian fisika adalah perpindahan suatu titik dari ordinat A ke ordinat B.
Dalam KBBI, gerak berarti perpindahan tempat/kedudukan, baik sekali ataupun
berkali-kali. Jadi 'Pergerakan' melampaui 'gerak' itu sendiri, karena
pergerakan berarti dinamis, gerak yang terus-menerus. Kesimpulannya, pergerakan meniscayakan dinamisasi, tidak
boleh stagnan (berhenti beraktivitas) dan beku, beku dalam pengertian kaku, tidak
kreatif-inovatif. Prasyarat kreatif-inovatif adalah kepekaan dan kekritisan,
dan kekritisan butuh kecerdasan. Perwujudannya antara lain: Membina dan
Mengembangkan potensi Ilahiah, Membina dan mengembangkan potensi kemanusiaan,
Tanggungjawab memberi rahmat pada lingkungannya, Gerak menuju tujuan sebagai
Kahalifah Fil Ardl
Kenapa
'Pergerakan' bukan 'Perhimpunan'?, kalau berhimpun terus kapan bergeraknya….. Artinya
bahwa, 'pergerakan' bukan hanya menerangkan suatu perkumpulan/organisasi tetapi
juga menerangkan sifat dan karakter organisasi itu sendiri.
Mahasiswa adalah sebutan orang-orang yang
sedang melakukan studi di perguruan tinggi, dengan predikat sebutan yang
melekat, mahasiswa sebagai 'wakil' rakyat, agen perubahan, komunitas penekan
terhadap kebijaakan penguasa dll. Perwujudan itu antara lain, mahasiswa
mempunyai tanggungjwab keagamaan, tanggungjawab intelektual, tanggungjawab
sosial kemasyarakatan, tanggungjawab individual sebagai hamba tuhan maupun
sebagai warga negara
Islam, Agama Islam yang dijadikan basis landasam sekaligus identitas
bahwa PMII adalah organisasi mahasiswa yang berlandaskan agama. Karenanya jelas
bahwa rujukan PMII adalah kitab suci agama Islam ditambah dengan rujukan
selanjutnya, sunnah nabi dan para sahabat, yang itu terangkum dalam pemahaman jumhur,
yaitu ahlussunnah waljama'ah. Jadi Islam ala PMII adalah Islam yang
mendasarkan diri pada aswaja --dengan varian didalamnya-- sebagai landasan
teologis (keyakinan keberagamaan).
Indonesia. Kenapa founding fathers PMII memasukkan kata 'Indonesia' pada organisasi ini,
tidak lain untuk menunjukkan sekaligus mengidealkan PMII sebagai organisasi
kebangsaan, organisasi mahasiswa yang berpandangan nasionalis, punya
tanggung-jawab kebangsaan, kerakyataan dan kemanusiaan. Juga tidak tepat jika
PMII hanya dipahami sebagai organisasi keagamaan semata.Jadi keislaman dan
keindonesiaan sebagai landasan PMII adalah seimbang.PMII bertujuan melahirkan kader bangsa yangmempunyai integritas diri
sebagai hamba yang bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi luhur, berilmu, cakap dan
bertanggungjawab dalam mengamalkan ilmu pengetahuannya.Dan Atas Dasar Ketaqwaannya, berkiprah mewujudkan peran ketuhanan dalam rangka
membangun masyrakat bangsa dan negara indonesia menuju suatu tatanan yang adil
dan makmur dalam ampunan dan ridho Allah SWT. (kalau' mencari organisasi mahasiswa yang nasionalis
dan agamis maka pilihan itu jatuh pada PMII)
Jadi PMII adalah pergerakan mahasiswa yang Islam dan yang Indonesia, yang mendasarkan pada agama Islam dan
sejarah, cita-cita kemerdekan dan laju perjalanan bangsa ini kedepan.
Islam-Indonesia
(dua kata digabung) juga bisa dimaknai
Islam yang bertransformasi ke ranah Nusantara/Indonesia, Islam Indonesia adalah
Islam lokal --bukan Islam Arab secara persis--, tapi nilai universalitas Islam
atau prinsip nilai Islam yang 'bersinkretisme' dengan budaya nusantara menjadi
Islam Indonesia. Ini adalah karakter Islam PMII yang sejalan dengan ajaran
aswaja.
Makna
Lambang PMII
1.
Bentuk
a.
Perisai berarti ketahanan dan keampuhan mahasiswa islam
terhadap berbagai tantangan dan pengaruh dari luar.
b.
Bintang adalah perlambang ketinggian dan semangat cita-cita
yang selalu memancar.
c.
5 (lima) bintang sebelah atas, menggambarkan Rasulullah
dengan empat sahabat terkemuka (Khulafa’ur Rasyidin)
d.
4 (empat) bintang sebelah bawah menggambarkan empat madzhab
yang berhaluan Ahlussunnah Wal Jama’ah.
e.
9 (sembilan) bintang secara keseluruhan dapat berarti ganda,
yaitu:
1)
Rasulullah dengan empat orang sahabatnya serta empat imam
madzhab ASWAJA itu laksana bintang yang selalu bersinar cemerlang, mempunyai kedudukan
tinggi dan penerang umat manusia.
2)
Sembilan bintang juga menggambarkan sembilan orang pemuka
penyebar Agama Islam di Indonesia yang disebut Wali Songo.
2.
Warna
a.
biru, sebagaimana tulisan PMII, berarti kedalaman ilmu
pengetahuan yang harus dimiliki dan digali oleh warga pergerakan, biru juga
menggambarkan lautan Indonesia yang mengelilingi kepulauan Indonesia dan
merupakan kesatuan wawasan nusantara.
b.
Biru muda, sebagaimana dasar perisai sebelah bawah berarti
ketinggian ilmu, budi pekerti dan taqwa.
c.
kuning, sebagaimana perisai sebelah atas, berarti identitas
mahasiswa yang menjadi sifat dasar pergerakan, lambang kebesaran dan semangat
yang selalu menyala serta penuh harapan menyongsong masa depan.
Produk
Hukum PMII
1.
NDP (Nilai Dasar
Pergerakan)
Secara esensial NDP adalah suatu sublimasi
nilai Ke-Islaman dan Ke-Indonesiaan dengan kerangka pemahaman keagamaan
Ahlussunnah Wal Jama’ah yang menjiwai berbagai aturan, memberi arah dan
pendorong, serta penggerak seluruh kegiatan PMII. Sebagai pemberi keyakinan dan
pembenar mutlak, islam mendasari dan menginspirasikan NDP ini, meliputi cakupan
akidah, syari’ah dan ahlaq dalam upaya kita memperoleh kesejahteraan hidup
dunia dan akhirat. Dan sebagai upaya dalam memahami, menghayati dan mengamalkan
islam tersebut, PMII menjadikan ASWAJA sebagai pemahaman keagamaan yang paling
benar.
a. Adapun fungsi NDP yaitu :
1)
Landasan Berpijak, bahwa NDP menjadi landasan setiap gerak
langkah dan kebijaksanaan yang harus dilakukan
2)
Landasan Berfikir, Bahwa NDP menjadi landasan pendapat yang
dikemukakan terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi.
3)
Sumber Motifasi, bahwa NDP menjadi pendorong kepada anggota
untuk berbuat dan bergerak sesuai dengan nilai yang terkandung didalamnya.
b. Kedudukan NDP yaitu :
1)
Rumusan nilai yang seharusnya dimuat dan menjadi aspek ideal
dalam berbagai aturan dan kegiatan PMII
2)
landasan dan dasar pembenar dalam berfikir, bersikap dan
berperilaku.
2. AD/ART PMII
Adalah suatu aturan-aturan teknis
yang menjadi pedoman dalam menjalankan fungsi organisasi sehari-hari baik intern
maupun ekstern.AD/ART ini dibuat, dirubah dan syahkan dalam forum tertinggi
PMII yaitu Konggres PMII yang dilaksanakan dua tahun sekali.
Adapun isi
dari AD/ART itu antara lain :
a.
Aturan organisasi tingkat PB sampai Rayon
Aturan
tersebut misalnya tentang Kongres, Konkorcab, Konfercab, RTK, RTA dsb
b.
Sistem kaderisasi formal PMII
Sistem
kaderisasi formal dalam PMII misalnya :MAPABA, PKD, dan PKL
c.
PPTA (Pedoman penyelenggaraan tertib administrasi), dsb.
PPTA tersebut
melingkupi misalnya pedoman surat menyurat, pelaporan pertanggungjawaban,
atribut organisasi dsb.
Simpulan
Sebagai sebuah organisasi yang bergerak dalam ranah pendidikan,
keagamaan, dan sosial kemasyarakatan, PMII berdiri atas dasar nilai-nilai
keislaman dan keindonesiaan sehingga mampu bertahan melawan badai-badai
kemunkaran dan berdiri kokoh untuk mewujudkan islam yang rahmatan lil alamiin.
Untuk itu, tidak ada alasan bagi seseorang untuk menolak keberadaan PMII yang
mempunyai tujuan mulya tersebut, tidak pula ada alasan bagi seseorang untuk tidak
masuk dalam kawah candra dimuka yang akan merubah jiwa dan karakter manusia
menuju insan ulul albab.
Salam Pergerakan sahabat
sahabat penerus perjuangan. Jadilah manusia yang peduli dengan keadaan, Jadilah
mahasiswa yang tidak tuli akan suara-suara parau masyarakat yang menginginkan
kesejahteraan, Jadilah mahasiswa yang tidak buta akan ketimpangan…!!!
Tangan terkepal dan maju
ke muka
Wallahul Muafieq Illa
Akwamitthariq
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
#Zulkadrin
[1]Pada era
tahun tersebut kondisi bangsa ini penuh dengan persoalan-persoalan yang sangat
kompleks.
[2]Sejarah
singkat IPNU-IPPNU,Buku kenang-kenangan Makesta IPNU-IPPNU,
Kodya Surakarta,Tahun 1970, hlm.11.
[4]Drs. Agus
Salim Sitompul, Sejarah Perjuangan HMI (1947 - 1975), Bina Ilmu, Surabaya,
1976, Hlm. 74.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar