Sebelum kelompok-kelompok teologis
dalam Islam lahir, Ahlussunnah Wal Jamaah (selanjutnya disebut Aswaja) adalah
umat Islam itu sendiri. Namun setelah kelompok-kelompok teologis muncul, Aswaja
berarti para pengikut Abu Hasan al-Asy’ari dan Abu Manshur al-Maturidi.
Dalam
pengertian terakhir ini, Aswaja sepadan dengan kelompok-kelompok teologis
semisal Mu’tazilah, Syiah, Khawarij dan lain-lain.
Dalam
sejarahnya, kemunculan kelompok-kelompok ini dipicu oleh masalah politik
tentang siapakah yang berhak menjadi pemimpin umat Islam (khalifah) setelah
kewafatan Rasulullah, Muhammad SAW. Setelah perdebatan antara kelompok sahabat
Muhajirin dan Anshor dituntaskan dengan kesepakatan memilih Abu Bakar sebagai
khalifah pertama, kesatuan pemahaman keagamaan umat Islam bisa dijaga. Namun
menyusul huru-hara politik yang mengakibatkan wafatnya khalifah ketiga, Utsman
Bin Affan, yang disusul dengan perang antara pengikut Ali dan Muawiyah, umat
Islam terpecah menjadi kelompok-kelompok Syiah, Khawarij, Ahlussunnah dan
–disusul belakangan, terutama ketika perdebatan menjadi semakin teologis
oleh—Mu’tazilah dan lain-lain.